Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata), jadi dapat di
simpulkan psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Namun ilmu jiwa di pergunakan dalam bahasa sehari-hari dan di anggap tidak
ilmiah.
Psikologi secara umum dapat di
definisikan sebagai disiplin ilmu yang berfokus pada prilaku dan berbagai
proses mental serta bagaimana prilaku dan berbagai proses mental ini di
pengaruhi oleh kondisi mental organisme, dan lingkungan ekstenal.
1. Periode Pra berdirinya Psikologi
Pada
awalnya psikologi bukanlah sebuah ilmu yang berdiri sendiri, melainkan masih berupa
bagian dari ilmu filsafat. Kejadian sejarah yang menandakan berdirinya
psikologi sebagai ilmu yang mandiri adalah saat di dirikan laboratorium
psikologi pertama di dunia yang berlokasi di University of Leipzig di jerman pada tahun 1879 oleh Wilhem Wundt
(1832-1920).
Masa sesudah psikologi menjadi ilmu yang
berdiri sendiri merupakan masa di mana gejala kejiwaan di pelajari secara
tersendiri dengan metode ilmiah, terlepas dari filsafat dan ilmu faal, gejala
kejiwaan dipelajari secara sistematis dan objektif. Berbeda dengan masa sebelum psikologi menjadi
ilmu yang berdiri sendiri atau masih bergabung dalam ilmu filsafat, saat itu
pembelajaran terhadap ilmu psikolgi lebih bersifat filosifis. Namun memasuki
era modern pendekatan ilmu psikologi
lebih mengunakan pendakatan sceintic
( ilmiah ), peristwa kelahiran psikologi sebagai ilmu yang mandiri membuat ilmu psikologi berkembang pesat, banyak peneliti
lain yang ikut turut serta meneliti dan mendalami ilmu psikolgi, sehingga
melahirkan banyak sarjana psikologi.
Sebagai
bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang.
Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan
laboratoriumnya pada tahun 1879, yang di pandang sebagai kelahiran psikologi
sebagai ilmu pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani
kuno. Dapat di katakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan
intelekstual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.
Berdasarkan pandangan tersebut, bagian Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode dengan berbagai tokohnya.
Berdasarkan pandangan tersebut, bagian Sejarah Psikologi ini akan dibagi ke dalam beberapa periode dengan berbagai tokohnya.
2. Psikologi sebagai ilmu yang otonom
Pada
akhir abad ke-19 terjadilah babak baru dalam sejarah Psikologi. Pada tahun
1879, Wilhem Wundt (Jerman,
1832-1920) mendirikan laboratorium Psikologi pertama di Leipzig yang menandai titik awal Psikologi sebagai suatu ilmu yang
berdiri sendiri. Atas dasar pemikiran dari Wilhem Wundt beliau di juluki sebagai
bapak psikologi dunia. Beliau memberikan hasil pemikiran pada saat awal
lahirnya psikologi yaitu psikologi
struktualisme. Yang di mana merupakan permulaann yang memacu keluarnya hasil-hasil permikiran
baru, serta merupakan pencabangan ilmu - ilmu
psikologi.
Sebagai
tokoh psikologi eksperimental, Wundt
memperkenalkan metode introspeksi yang digunakan dalam
eksperimen-eksperimennya. Ia dikenal sebagai tokoh penganut Strukturalisme karena ia mengemukakan
suatu teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa terdiri dari elemen-elemen (Elementisme)
dan ada mekanisme terpenting dalam jiwa yang menghubungkan elemen-elemen
kejiwaan satu sama lainnya sehingga membentuk suatu struktur kejiwaan yang utuh
yang disebut asosiasi. Oleh karena itu, Wundt juga dianggap sebagai tokoh Asosianism.
Edward Bradford Titchener
(1867-1927) mencoba menyebarluaskan ajaran-ajaran Wundt ke Amerika. Akan
tetapi, orang Amerika yang terkenal praktis dan pragmatis kurang suka pada
teori Wundt yang dianggap terlalu abstrak dan kurang dapat diterapkan secara
langsung dalam kenyataan. Mereka kemudian membentuk aliran sendiri yang disebut
Fungsionalisme dengan tokoh-tokohnya
antara lain : William James (1842-1910)
dan James
Mc Keen Cattel (1866-1944). Aliran ini lebih mengutamakan fungsi-fungsi
jiwa dari pada mempelajari strukturnya. Ditemukannya teknik evaluasi psikologi
(sekarang psikotest) oleh Cattel
merupakan bukti betapa pragmatisnya orang-orang Amerika.
Meskipun
sudah menekankan pragmatisme, namun aliran Fungsionalisme masih dianggap
terlalu abstrak bagi segolongan sarjana Amerika. Mereka menghendaki agar
Psikologi hanya mempelajari hal-hal yang benar-benar objektif saja. Mereka
hanya mau mengakui tingkah laku yang nyata (dapat dilihat dan diukur) sebagai
objek Psikologi (Behaviorisme).
Pelopornya adalah John Broades Watson
(1878-1958) yang kemudian dikembangkan oleh Edward Chase.
Tolman
(1886-1959) dan B.F. Skinner (1904).
Selain di Amerika, di Jerman sendiri ajaran Wundt mulai mendapat kritik dan
koreksi-koreksi. Salah satunya dari Oswald
Kulpe (1862-1915), salah seorang muridnya yang kurang puas dengan ajaran
Wundt dan kemudian mendirikan alirannya sendiri di Wurzburg. Aliran Wurzburg
menolak anggapan Wundt bahwa berpikir itu selalu berupa image (bayangan dalam
alam pikiran). Kulpe berpendapat,
pada tingkat berpikir yang lebih tinggi apa yang dipikirkan itu tidak lagi
berupa image, tapi ada pikiran yang tak terbayangkan (imageless thought).
Di
Eropa muncul juga reaksi terhadap Wundt dari aliran Gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran elementisme Wundt dan
berpendapat bahwa gejala kejiwaan (khususnya persepsi, yang banyak diteliti
aliran ini) haruslah dilihat sebagai suatu keseluruhan yang utuh (suatu gestalt) yang tidak terpecah dalam
bagian-bagian. Diantara tokohnya adalah Max
Wertheimer (1880-1943), Kurt Koffka
(1886-1941), Wolfgang Kohler
(1887-1967) . Di Leipzig, pada tahun
1924 Krueger memperkenalkan istilah Ganzheit (berasal dari kata da Ganze yang berarti keseluruhan).
Meskipun istilah Ganzheit masih
dianggap sama dengan istilah Gestalt
dan aliran ini sering tidak dianggap sebagai aliran tersendiri, namun menurut
tokohnya Krueger, Ganzheit tidak sama
dengan Gestalt dan merupakan perkembangan dari psikologi Gestalt. Ia
berpendapat bahwa psikologi Gestalt terlalu menitik beratkan kepada masalah
persepsi objek, padahal yang terpenting adalah penghayatan secara menyeluruh
terhadap ruang dan waktu, bukan persepsi saja atau totalitas objek-objek saja.
Perkembangan
lebih lanjut dari psikologi Gestalt
adalah munculnya “Teori Medan (Field
Theory)” dari Kurt Lewin
(1890-1947). Mulanya Lewin tertarik
pada faham Gestalt, tetapi kemudian
ia mengeritiknya karena dianggap tidak kuat. Namun demikian, berkat Lerwin, sebagai perkembangan lebih
lanjut di Amerika Serikat lahir aliran “Psikologi
Kognitif” yang merupakan perpaduan antara aliran Behaviorisme yang tahun 1940-an sudah ada di Amerika dengan aliran Gestalt yang dibawa oleh Lewin. Aliran psikologi Kognitif sangat
menitikberatkan proses-proses sentral (seperti sikap, ide, dan harapan) dalam
mewujudkan tingkah laku. Secara khusus, hal-hal yang terjadi dalam alam
kesadaran (kognisi) dipelajari oleh
aliran ini sehingga besar pengaruhnya terutama dalam mempelajari hubungan antar
manusia (Psikologi Sosial). Diantara tokohnya adalah F. Heider dan L. Fertinger.Akhirnya, lahirnya aliran Psikoanalisa yang besar pengaruhnya
dalam perkembangan psikologi hingga sekarang, perlu mendapat perhatian khusus.
Meskipun
peranan beberapa dokter ahli jiwa (psikiater), seperti Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Pierre Janet (1859-1947) tidak kurang pentingnya dalam menumbuhkan
aliran ini, namun Sigmund Freud-lah
(1856-1939) yang dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa.
Karena Psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang tampak
dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa yang terjadi di
dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka Psikoanalisa dikenal juga sebagai “Psikologi Dalam (Depth Pshology)”.
3. Perkembangan Psikologi Modern
Sejarah
Perkembangan Psikologi mengenai pendapat-pendapat para tokoh-tokoh sejarah ilmu
jiwa yang mengungkapkan tentang ilmu kejiwaanya. Seperti yang telah diketahui
dimana sejarah telah membawa kita kedalam masa yang modren seperti pada saat
ini. Terbentuknya perkembangan psikologi modern yang tidak terlepas dari
pengaruh tokoh-tokoh aliran psikologi yang muncul mulai abad ke-20. Beberapa
para ilmuan biologi dan fisika mempunyai minat untuk mempelajari
dan mengembangkan ilmu jiwa menurut prosedur ilmiyah modern. Bukti dari
mempelajari ilmu jiwa maka muncul beberapa aliran yaitu Strukturalisme sebagai pemula yang mengangkat psikologi sebagai
disiplin ilmu yang otonom, dengan didirikan laboratorium psikologi yang pertama
dengan menggunakan prosedur penelitian. Dan terjadi pro dan kontra karena
banyak pendapat yang munculan membentuk aliran-aliran psikologi lainya seperti:
Y Fungsionalisme
Y Behaviorisme
Y Gestalt
Y Psychoanalytic
Y Humanistic
Ke
enam aliran tersebut yang memperkaya dan memperlengkap ilmu pengetahuan
psikologi modern. Berikut ini akan diuraikan secara berturut-turut untuk mengetahui
bagaimana konsep-konsep pandangannya.
Sumber referensi :
·
Yufiarti & Gumelar, Gumgum (2012). Sejarah dan dasar-dasar psikologi. CHCD offset: Jakarta.
·
Basuki, A.M Heru (2008). Psikologi
umum. Universitas Gunadarma. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar