nama : Andika Ibnul Faisal Sadif
kelas : 3PA02
kelas : 3PA02
npm : 11514069
Ganguan
Kecemasan Yang Ditinjau Dari Pendekatan Psikoanalisis, Behavior Dan Humanistik
A. Definisi Kecemasan
Kecemasan dalam Bahasa Inggrisnya
disebut “anxiety” dan dalam Bahasa Latin disebut “angustus” yang artinya kaku,
dan “ango, anci” yang berarti mencekik.Kecemasan (anxiety) merupakan suatu
kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran atau kegelisahan, keteganggan,
dan perasaan tidak nyaman yang tidak terkendali tentang sesuatu yang buruk yang
mungkin akan terjadi dan biasanya diikuti dengan jantung yang
berdebar-debar,keringat dingin, kepala yang terasa berdenyut-denyut, dan lain
sebagainya. Kecemasan timbul sebagai hasil reaksi terhadap “bahaya” baik yang
pernah dialami ataupun tidak.
Kecemasan memiliki komponen kognitif maupun afektif, individu yang memiliki
perasaan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi dan membuat individu tidak berdaya untuk mengubah
kecemasannya, sehingga individu menjadi sangat waspada terhadap kemungkinan
bahaya atau ancaman. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan peran individu dalam
menjali aktivitasnya sehari-hari.
Selain itu, ada pula definisi
menurut para ahli, yaitu :
1.
Menurut Davisin, Neale, & Kring
(2004). Anxietas atau kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan
khawatir yangmengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Kecemasan merupakan perasaan tidak nyaman dan ketakutan yang tidak menyenangkan
2. Menurut
Kowalski (2000) Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang ditandai
denganmeningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada sistem
syaraf sympathetic (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah,
pernafasan, dantegangan otot), perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi
yang meliputiketakutan dan kekhawatiran
3. Menurut
Barraclough (1999), Kecemasan merupakan respons normal yang seringkali muncul
pada situasi yangtidak dikenal, tidak menentu, atau dianggap berbahaya.
Menurutnya kecemasan seringkali diikuti oleh gejala mental(psikologis) dan
gejala fisik (somatis). Pada umumnya, gejala mental mudah dikenali,seperti
khawatir, mudah merasa terganggu (irritability), gelisah (restlessness),
insomnia, ataumimpi buruk. Sedangkan, gejala fisik tampak pada pernafasan
menjadilebih cepat, aktivitas berlebih pada sistem syaraf otonom, atau tegangan
otot, jantungberdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, terdapat gumpalan pada
tenggorokan yangmenyebabkan kesulitan dalam menelan, pusing, sakit perut, dan
diare.
B. Macam-macam Gangguam Kecemasan
Macam-macam Gangguan kecemasan yang termaksud
kategori diagnostik Mayor dalam Diagnostic And Statistical Manual (DSM-IV) :
1.
Generalized
anxiety disorder
Generalized anxiety disorder atau gangguan kecemasan
menyeluruh merupakan kecemasan umum, yang berlangsung dalam jangka waktu
sekurang-kurangnya selama satu bulan dan tidak ada hubungannya dengan suatu
objek atau situasi tertentu. Kecemasan itu tetap ada dan tidak akan pernah dari
dalam individu serta individu tidak dapat membebaskan diri dari kecemasan itu.
Karena sifat dari kecemasan itu adalah menyeluruh dan tidak ada hubungannya
dengan suatu objek yang khusus, maka individu tidak mengetahui dari mana
datangnya ancaman dan bencana dan dengan demikian, individu yang bersangkutan
selalu waspada dan terus-menerus mengamati lingkungan di sekitarnya yang
mungkin akan mendatangkan ancaman. Hal ini dapat menimbulkan akibat-akibat yang
melemahkan, seperti perhatian terganggu dan perasaan lelah.
2.
Fobia
Fobia adalah reaksi ketakutan yang hebat (abnormal)
terhadap situasi atau benda yang khusus. Meskipun orang yang bersangkutan
menyadari bahwa bahaya yang aktual sesungguhnya tidak ada, tetapi ia tetap
merasa takut. Ketakutan terjadi apabila berada dalam situasi yang khusus atau
apabila melihat benda yang khusus. Tetapi, kadang-kadang fobia itu berkaitan
dengan obsesi. Dalam kejadian-kejadian seperti itu, orang bereaksi terhadap
pikiran-pikiran obsesif seperti halnya terhadap situasi yang aktual. Dengan
kata lain, orang yang mengalami gangguan fobia mengetahui bahwa dasar dari
ketakutannya itu dalam kenyataannya tidak ada.
Gangguan fobia itu dibagi atas tiga kelompok, yakni
agorafobia, fobia sosial, dan fobia sederhana atau spesifik. Pembagian ini
didasarkan pada tipe objek atau situasi yang menjadi sumber ketakutan.
1.
Agorafobia
ketakutan patologik terhadap tempat-tempat yang terbuka atau tempat-tempat
umum.
2.
Fobia
sosial ketakutan yang terus menerus dan irasional terhadap
kehadiran orang lain.
3.
Fobia
Sederhana atau Spesifik ketakutan patologik yang eksesif
dan tidak realistik terhadap objek tertentu atau situasi tertentu, misalnya
jarum, lift, anjing, ular, angin ribut, darah, dokter gigi, dan tempat-tempat
tertutup.
C. Upaya-Upaya Mengatasi Kecemasan
Adapun
upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi gangguan kecemasan dijelaskan dalam
berbagai pendekatan-pendekata, diantaranya yaitu :
1.
Pendekatan
Psikodinamik
Tujuan perawatan dengan menggunakan pendekatan
psikodinamik yaitu untuk membantu pasien mengembangkan pemahaman-pemahaman
mengenai penyebab dari kecemasan, dan diasumsikan bahwa pemahaman tersebut akan
merubah tingkah laku.
Perawatan psikodinamik dapat dibagi kedalam dua
kelompok yaitu:
a. Psikoanalisis
Proses psikoanalisis berlangsung lama dan biasanya
membutuhkan 3 atau 4 sesi analitik setiap minggu untuk suatu jangka waktu 2
atau 3 tahun atau bahkan bisa lebih lama lagi. Selama sesi analitik , pasien
berbaring di atas tempat tidur. Kemudian sang terapis atau biasa disebut analis
duduk di belakang pasien supaya tidak mengganggu pasien. Untuk mengungkapkan
konflik-konflik di alam bawah sadar itu, psikoanalis semata-mata bersandar pada
asosiasi bebas, penafsiran mimpi, resistensi dan transferensi.
Usaha-usaha untuk mencari konflik itu dihambat oleh
dua faktor. Pertama, konflik itu biasanya berakar pada awal masa
kanak-kanak, dengan demikian ditutupi oleh banyak lapisan pengalaman. Kedua, konflik-konflik itu adalah tak
sadar, karena dalam usaha untuk mengurangi kecemasan konflik-konflik itu telah
direpresikan dan dengan demikian hilang dari kesadaran.
b. Psikoterapi
Proses psikoterapi hampir sama dengan proses
psikoanalisis:
· klien duduk serta berbicara
dengan terapis dan bukan berbaring diatas dipan dan berasosiasi bebas
· Waktu
yang dibutuhkan tidak berlangsung selama bertahun-tahun dan biasanya hanya
terbatas pada satu sesi perminggu
· Terapis
biasanya lebih aktif dibanding dengan analis, dan ada kemungkinan besar bahwa
sifat dari perawatan dipengaruhi oleh gaya intrapersonal terapis
· klien mungkin ditemui secara
individual (terapi individual) atau dalam suatu kelompok kecil yang terdiri
dari 4 atu 5 pasien (terapi kelompok)
2.
Pendekatan
Belajar
Pendekatan belajar didasarkan pada gagasan bahwa
tegangan fisiologis adalah penyebab dari kecemasan kognitif. Dengan katalain,
para ahli teori belajar mengasumsikan bahwa kita merasa cemas karena jantung
kita berdenyut dengan cepat, bukan jantung kita berdenyut dengan cepat karena
kita cemas. Dikemukakan tiga teori untuk mereduksikan kecemasan yang bertolak
dari pendekatan belajar.
a. Penghapusan Kecemasan.
Penghapusan (extinction) terjadi apabila stimulus yang ditakuti (stimulus yang
terkondisi) berulang-ulang diberikan dan tidak ada alasan untuk ditakuti
(stimulus yang tidak terkondisi).
b. Menghambat Kecemasan. Apabila
suatu respon relaksasi dipasangkan dengan respon yang ditakuti maka respon itu
akan menghalangi respon kecemasan, pendekatan ini dikenal dengan sebutan
desensitisasi sistematik (systematic
desensitization). Prosedurnya terdiri dari tiga langkah. Pertama, individu diajarkan bagaimana
relaks. Ini dilakukan dengan serentetan latihan dimana individu itu merasa tegang
dan kemudian mengendurkan sejumlah otot, dengan demikian individu itu
benar-benar beelajar untuk menjadi relaks. Cara ini sering disebut dengan
relaksasi otot progresif (progressive
muscle relaxation). Kedua, susunlah
suatu daftar stimulus-stimulus yang ditakuti, di mana stimulus-stimulus diatur
menurut urutan dari yang kurang ditakuti sampai pada yang ditakuti. Daftar yang
diacu menurut urutan ketakutan yang mengandung banyak stimulus sehingga tingkat
ketakutan dari salah satu stimulus ke stimulus lainnya sangat kecil. Ketiga, individu disuruh relaks dan
kemudian disuruh membayangkan stimulus yang paling sedikit ditakuti. Proses
tersebut dimulai dengan stimulus yang paling ditakuti karena kemungkinan besar
ada individu yang merasa relaks dan menghambat ketakutan terhadap stimulus itu.
Apabila individu itu mampu untuk tetap relakssementara berpikir tentang
stimulus ini, maka individu disuruh untuk mulai berpikir tentang stimulus
berikutnya yang lebih ditakuti. Prosedur ini diulang sampai individu itu merasa
relaks sementara berpikir tentang stimulus yang paling ditakuti.
c. Belajar untuk Relaks. Pasien
diajarkan suatu keterampilan baru (relaksasi), dan kemudian menggunakan secara
aktif keterampilan itu bila diperlukan. Dalam pendekatan-pendekatan lain peran
pasien adalah lebih pasif.
3.
Pendekatan
Humanistik-Eksistensial
Para ahli teori humanistik mengemukakan bahwa
kecemasan merupakan akibat dari tidak adanya kesesuaian antara kepribadian yang
sekarang dengan kepribadian yang dicita-citakan atau diinginkan. Kecemasan akan
meningkat apabila ketidakcocokan tersebut terjadi secara terus menerus.
Misalnya : ada seorang mahasiswa yang merasa sangat cemas tidak tertahankan,
sehingga ia mengeluh dan mengatakan “ Aku tidak pernah mencapai potensi
pribadiku. Aku sepertinya tidak akan mampu untuk menjadi lebih baik sebagaimana
mestinya. Aku selalu merasa cemas atas segala sesuatu apabila aku tidak
berhasil mengerjakannya”.
Dari pernyataan diatas dibuktikan dengan sebuah
penelitian dimana dalam penelitian itu orang-orang diminta untuk mengikti tes
kepribadian sebanyak dua kali. Tes pertama, menunjukan mereka sesungguhnya
adalah seperti apa. Dan tes kedua, menunjukan seharusnya mereka ingin menjadi
yang seperti bagaimana. Dari hasil penelitian tersebut terdapat perbedaan-perbedaan
skor “adalah” dan “seharusnya” lebih besar didapati pada orang-orang yang
merasa cemas dibandingkan dengan orang-orang yang tidak merasa cemas (Rogers,
1961).
Para ahli teori eksistensial menyatakan bahwa
kecemasan disebabkan karena peran dari tanggung jawab dan kebebasan memilih.
Dimana orang yang dikatakan sejati apabila ia bertanggung jawab untuk dirinya
sendiri dan mampu membuat atau memilih arah yang harus diambil dalam
kehidupannya sendiri. Salah satu ahli filsafat eksistensial Jean Paul Sartre
berkata “ Aku adalah pilihan-pilihanku, “ bila kita adalah hasil dari
pilihan-pilihan kita, maka kita harus membuat pilhan-pilihan agar tidak
menimbulkan kecemasan. Misalnya menentukan masa depan.
Daftar Pustaka
Dunia Psikologi, 2012. Kecemasan; Pengertian dan Faktor Penyebabnya
Kuswara, E. 1991. Teori-Teori
Kepribadian. Bandung : PT. Eresco
http://makalahcyber.blogspot.com/2012/07/tugas-makalah-psikologi-kecemasan.html
Makalah online. http://www.scribd.com/doc/52579464/MAKALAH-KECEMASAN-EDIT
R, Budimoeljono. Seri Sikap Hati. Kecemasan. Artikel (Online). Malang : Gandum Ma
R, Budimoeljono. Seri Sikap Hati. Kecemasan. Artikel (Online). Malang : Gandum Ma
Psikologi Zone, 2011. Definisi Kecemasan, Apa itu Kecemasan?
Tulisantatim, 2012. Tugas Makalah-Psikologi http://tulisantantim.wordpress.com/2012/07/03/tugas-makalah-psikologi-kecemasan/
Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 2, Yogyakarta: Penerbit
Kanisus, 2006