Senin, 27 Maret 2017

Ganguan Kecemasan Yang Ditinjau Dari Pendekatan Psikoanalisis, Behavior Dan Humanistik



nama : Andika Ibnul Faisal Sadif
kelas : 3PA02
npm  : 11514069

Ganguan Kecemasan Yang Ditinjau Dari Pendekatan Psikoanalisis, Behavior Dan Humanistik

A.  Definisi Kecemasan

Selain itu, ada pula definisi menurut para ahli, yaitu :
2.    Menurut Kowalski (2000) Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu emosi yang ditandai denganmeningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada sistem syaraf sympathetic (seperti meningkatnya detak jantung, tekanan darah, pernafasan, dantegangan otot), perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputiketakutan dan kekhawatiran
3.    Menurut Barraclough (1999), Kecemasan merupakan respons normal yang seringkali muncul pada situasi yangtidak dikenal, tidak menentu, atau dianggap berbahaya. Menurutnya kecemasan seringkali diikuti oleh gejala mental(psikologis) dan gejala fisik (somatis). Pada umumnya, gejala mental mudah dikenali,seperti khawatir, mudah merasa terganggu (irritability), gelisah (restlessness), insomnia, ataumimpi buruk. Sedangkan, gejala fisik tampak pada pernafasan menjadilebih cepat, aktivitas berlebih pada sistem syaraf otonom, atau tegangan otot, jantungberdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, terdapat gumpalan pada tenggorokan yangmenyebabkan kesulitan dalam menelan, pusing, sakit perut, dan diare.

B.  Macam-macam Gangguam Kecemasan

Macam-macam Gangguan kecemasan yang termaksud kategori diagnostik Mayor dalam Diagnostic And Statistical Manual (DSM-IV) :
1.    Generalized anxiety disorder
Generalized anxiety disorder atau gangguan kecemasan menyeluruh merupakan kecemasan umum, yang berlangsung dalam jangka waktu sekurang-kurangnya selama satu bulan dan tidak ada hubungannya dengan suatu objek atau situasi tertentu. Kecemasan itu tetap ada dan tidak akan pernah dari dalam individu serta individu tidak dapat membebaskan diri dari kecemasan itu. Karena sifat dari kecemasan itu adalah menyeluruh dan tidak ada hubungannya dengan suatu objek yang khusus, maka individu tidak mengetahui dari mana datangnya ancaman dan bencana dan dengan demikian, individu yang bersangkutan selalu waspada dan terus-menerus mengamati lingkungan di sekitarnya yang mungkin akan mendatangkan ancaman. Hal ini dapat menimbulkan akibat-akibat yang melemahkan, seperti perhatian terganggu dan perasaan lelah.
2.    Fobia
Fobia adalah reaksi ketakutan yang hebat (abnormal) terhadap situasi atau benda yang khusus. Meskipun orang yang bersangkutan menyadari bahwa bahaya yang aktual sesungguhnya tidak ada, tetapi ia tetap merasa takut. Ketakutan terjadi apabila berada dalam situasi yang khusus atau apabila melihat benda yang khusus. Tetapi, kadang-kadang fobia itu berkaitan dengan obsesi. Dalam kejadian-kejadian seperti itu, orang bereaksi terhadap pikiran-pikiran obsesif seperti halnya terhadap situasi yang aktual. Dengan kata lain, orang yang mengalami gangguan fobia mengetahui bahwa dasar dari ketakutannya itu dalam kenyataannya tidak ada.
Gangguan fobia itu dibagi atas tiga kelompok, yakni agorafobia, fobia sosial, dan fobia sederhana atau spesifik. Pembagian ini didasarkan pada tipe objek atau situasi yang menjadi sumber ketakutan.
1.    Agorafobia ketakutan patologik terhadap tempat-tempat yang terbuka atau tempat-tempat umum.
2.    Fobia sosial ketakutan yang terus menerus dan irasional terhadap kehadiran orang lain.
3.    Fobia Sederhana atau Spesifik ketakutan patologik yang eksesif dan tidak realistik terhadap objek tertentu atau situasi tertentu, misalnya jarum, lift, anjing, ular, angin ribut, darah, dokter gigi, dan tempat-tempat tertutup.

C.  Upaya-Upaya Mengatasi Kecemasan

Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi gangguan kecemasan dijelaskan dalam berbagai pendekatan-pendekata, diantaranya yaitu :

1.    Pendekatan Psikodinamik
Tujuan perawatan dengan menggunakan pendekatan psikodinamik yaitu untuk membantu pasien mengembangkan pemahaman-pemahaman mengenai penyebab dari kecemasan, dan diasumsikan bahwa pemahaman tersebut akan merubah tingkah laku.
Perawatan psikodinamik dapat dibagi kedalam dua kelompok yaitu:
a.    Psikoanalisis
Proses psikoanalisis berlangsung lama dan biasanya membutuhkan 3 atau 4 sesi analitik setiap minggu untuk suatu jangka waktu 2 atau 3 tahun atau bahkan bisa lebih lama lagi. Selama sesi analitik , pasien berbaring di atas tempat tidur. Kemudian sang terapis atau biasa disebut analis duduk di belakang pasien supaya tidak mengganggu pasien. Untuk mengungkapkan konflik-konflik di alam bawah sadar itu, psikoanalis semata-mata bersandar pada asosiasi bebas, penafsiran mimpi, resistensi dan transferensi.
Usaha-usaha untuk mencari konflik itu dihambat oleh dua faktor. Pertama,  konflik itu biasanya berakar pada awal masa kanak-kanak, dengan demikian ditutupi oleh banyak lapisan pengalaman. Kedua, konflik-konflik itu adalah tak sadar, karena dalam usaha untuk mengurangi kecemasan konflik-konflik itu telah direpresikan dan dengan demikian hilang dari kesadaran.

b.    Psikoterapi
Proses psikoterapi hampir sama dengan proses psikoanalisis:
·      klien duduk serta berbicara dengan terapis dan bukan berbaring diatas dipan dan berasosiasi bebas
·      Waktu yang dibutuhkan tidak berlangsung selama bertahun-tahun dan biasanya hanya terbatas pada satu sesi perminggu
·      Terapis biasanya lebih aktif dibanding dengan analis, dan ada kemungkinan besar bahwa sifat dari perawatan dipengaruhi oleh gaya intrapersonal terapis
·      klien mungkin ditemui secara individual (terapi individual) atau dalam suatu kelompok kecil yang terdiri dari 4 atu 5 pasien (terapi kelompok)
2.    Pendekatan Belajar
Pendekatan belajar didasarkan pada gagasan bahwa tegangan fisiologis adalah penyebab dari kecemasan kognitif. Dengan katalain, para ahli teori belajar mengasumsikan bahwa kita merasa cemas karena jantung kita berdenyut dengan cepat, bukan jantung kita berdenyut dengan cepat karena kita cemas. Dikemukakan tiga teori untuk mereduksikan kecemasan yang bertolak dari pendekatan belajar.
a.    Penghapusan Kecemasan. Penghapusan (extinction) terjadi apabila stimulus yang ditakuti (stimulus yang terkondisi) berulang-ulang diberikan dan tidak ada alasan untuk ditakuti (stimulus yang tidak terkondisi).
b.    Menghambat Kecemasan. Apabila suatu respon relaksasi dipasangkan dengan respon yang ditakuti maka respon itu akan menghalangi respon kecemasan, pendekatan ini dikenal dengan sebutan desensitisasi sistematik (systematic desensitization). Prosedurnya terdiri dari tiga langkah. Pertama, individu diajarkan bagaimana relaks. Ini dilakukan dengan serentetan latihan dimana individu itu merasa tegang dan kemudian mengendurkan sejumlah otot, dengan demikian individu itu benar-benar beelajar untuk menjadi relaks. Cara ini sering disebut dengan relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation). Kedua, susunlah suatu daftar stimulus-stimulus yang ditakuti, di mana stimulus-stimulus diatur menurut urutan dari yang kurang ditakuti sampai pada yang ditakuti. Daftar yang diacu menurut urutan ketakutan yang mengandung banyak stimulus sehingga tingkat ketakutan dari salah satu stimulus ke stimulus lainnya sangat kecil. Ketiga, individu disuruh relaks dan kemudian disuruh membayangkan stimulus yang paling sedikit ditakuti. Proses tersebut dimulai dengan stimulus yang paling ditakuti karena kemungkinan besar ada individu yang merasa relaks dan menghambat ketakutan terhadap stimulus itu. Apabila individu itu mampu untuk tetap relakssementara berpikir tentang stimulus ini, maka individu disuruh untuk mulai berpikir tentang stimulus berikutnya yang lebih ditakuti. Prosedur ini diulang sampai individu itu merasa relaks sementara berpikir tentang stimulus yang paling ditakuti.
c.    Belajar untuk Relaks. Pasien diajarkan suatu keterampilan baru (relaksasi), dan kemudian menggunakan secara aktif keterampilan itu bila diperlukan. Dalam pendekatan-pendekatan lain peran pasien adalah lebih pasif.
3.    Pendekatan Humanistik-Eksistensial
Para ahli teori humanistik mengemukakan bahwa kecemasan merupakan akibat dari tidak adanya kesesuaian antara kepribadian yang sekarang dengan kepribadian yang dicita-citakan atau diinginkan. Kecemasan akan meningkat apabila ketidakcocokan tersebut terjadi secara terus menerus. Misalnya : ada seorang mahasiswa yang merasa sangat cemas tidak tertahankan, sehingga ia mengeluh dan mengatakan “ Aku tidak pernah mencapai potensi pribadiku. Aku sepertinya tidak akan mampu untuk menjadi lebih baik sebagaimana mestinya. Aku selalu merasa cemas atas segala sesuatu apabila aku tidak berhasil mengerjakannya”.
Dari pernyataan diatas dibuktikan dengan sebuah penelitian dimana dalam penelitian itu orang-orang diminta untuk mengikti tes kepribadian sebanyak dua kali. Tes pertama, menunjukan mereka sesungguhnya adalah seperti apa. Dan tes kedua, menunjukan seharusnya mereka ingin menjadi yang seperti bagaimana. Dari hasil penelitian tersebut terdapat perbedaan-perbedaan skor “adalah” dan “seharusnya” lebih besar didapati pada orang-orang yang merasa cemas dibandingkan dengan orang-orang yang tidak merasa cemas (Rogers, 1961).  
Para ahli teori eksistensial menyatakan bahwa kecemasan disebabkan karena peran dari tanggung jawab dan kebebasan memilih. Dimana orang yang dikatakan sejati apabila ia bertanggung jawab untuk dirinya sendiri dan mampu membuat atau memilih arah yang harus diambil dalam kehidupannya sendiri. Salah satu ahli filsafat eksistensial Jean Paul Sartre berkata “ Aku adalah pilihan-pilihanku, “ bila kita adalah hasil dari pilihan-pilihan kita, maka kita harus membuat pilhan-pilihan agar tidak menimbulkan kecemasan. Misalnya menentukan masa depan.

Daftar Pustaka

Dunia Psikologi, 2012. Kecemasan; Pengertian dan Faktor Penyebabnya

Kuswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung : PT. Eresco
http://makalahcyber.blogspot.com/2012/07/tugas-makalah-psikologi-kecemasan.html
Makalah online. http://www.scribd.com/doc/52579464/MAKALAH-KECEMASAN-EDIT
R, Budimoeljono. Seri Sikap Hati. Kecemasan. Artikel (Online). Malang : Gandum Ma

Psikologi Zone, 2011. Definisi Kecemasan, Apa itu Kecemasan?

Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 2, Yogyakarta: Penerbit Kanisus, 2006

Rasional emotif Therapy (materi, video dan analisis video)

Nama : Andika Ibnul Faisal Sadif Kelas  : 3PA02 Npm  : 11514069 I. MATERI RET   A. Rational Emotive Therapy (RET) 1.   ...