Selasa, 18 Juli 2017

Rasional emotif Therapy (materi, video dan analisis video)

Nama : Andika Ibnul Faisal Sadif
Kelas  : 3PA02
Npm  : 11514069


I. MATERI RET
 


A. Rational Emotive Therapy (RET)

1.     Latar belakang
Rational Emotive Therapy (RET) dikembangkan oleh seorang eksistensialis Albert Ellis pada tahun 1962. Aliran ini dilatarbelakangi oleh filsafat eksistensialisme yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya sendiri dan sadar akan objek yang dihadapinya. Manusia adalah makhluk berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan, yang berarti manusia bebas, berpikir, bernafsu, dan berkehendak (Willis, 2004)
Pada awalnya, para ahli psikologi klinis sering mengkususkan diri dalam bidang konseling perkawinan dan keluarga. Albert Ellis sendiri awalnya mendapatkan pendidikan dalam psikoanalisa. Namun, dalam prakteknya Ellis merasa kurang meyakini psikoanalisa yang dianggap ortodoks. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya dalam teori belajar behavioral, kemudian ia mengembangkan suatu pendekatan sendiri yang disebut rational emotive therapy. (Surya, 2003)
RET menolak pandangan aliran psikoanalisis, aliran ini berpandangan bahwa peristiwa dan pengalaman individu menyebabkan terjadinya gangguan emosional. Menurut Ellis emosional timbul tergantung kepada pengertian yang diberikan terhadap peristiwa atau pengalaman. Gangguan emosi terjadi disebabkan pikiran-pikiran seseorang yang bersifat irasional terhadap peristiwa dan pengalaman yang dilaluinya. (Willis, 2004)
Konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert Ellis adalah sebagai berikut (Willis, 2004):
a.   Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional. Reaksi emosional yang sehat  maupun yang tidak bersumber dari pemikiran itu.
  b.  Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional. Dengan pemikiran rasional dan inteleknya manusia dapat terbebas dari gangguan emosional.
   c. Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa kecil dan pengaruh budaya.
    d. Pemikiran dan emosi tak dapat dipisahkan
    e. Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan simbol-simbol bahasa
    f. Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization. Yaitu mengatakan sesuatu terus-menerus kepada dirinya.
   g. Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan kepada pemikiran logis dengan reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak dan merendahkan diri melalui emosionalnya. Ide-ide irrasional bahkan dapat menimbulkan neurosis dan psikosis.

2.     Konsep pokok
Ellis memandang bahasa manusia itu bersifat rasional dan juga irasional. Orang mempunyai derajat yang tinggi dalam sugestibilitas dan emosionalitas yang negative seperti kecemasan, rasa berdosa, permusushan, dsb. Para penganut teori RET percaya bahwa tidak ada orang yang disalahkan dalam segala sesuatu yang dilakukan. (Surya, 2003)
Unsur pokok terapi rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan dua proses yang terpisah. Menurut Ellis, pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih dann dalam prakteknya kedua hal itu saling terkait. Emosi adalah pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang instrinsik. Pikiran seseorang dapat menjadi emosinya, dan emosi dalam keadaan tertentu dapat berubah menjadi pikiran. Pandangan yang penting dari teori rasional-emotif adalah konsep bahwa banyak pelaku emosional adalah konsep bahwa pada “seftak” atau “omong diri”.
Selanjutnya Ellis (Shertzer & Stone, 1980, 175-176) mengemukakan ada 12 pikiran tak rasional (ide rasional) yang dapat menimbulkan perilaku neurotis atau psikotis, Keduabelas ide irasional itu adalah (Surya, 2003) :
a.      Ide Irasional 1 :  Bahwa manusia yang hidup dalam masyarakat mau tidak mau dapat dicintai ataupun ditolak oleh orang lain disekitarnya setiap saat.
b.      Ide Irasional 2 :  Bahwa sesorang yang hidup dalam masyarakat harusmemprsiapkan diri secara kompeten, adekuat agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan berguna masyarakat.
c.      Ide Irasional 3 :  Bahwa banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik , merusak, jahat ataupun kejam dan oleh karena itu patut disalahkan, dihukum setimpal dengan dosanya.
d.      Ide Irasional 4 :  Bahwa kehidupan manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai kemungkinan malapetaka, bencana yang dahsyat, mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam hidupnya.
e.      Ide Irasional 5 :  Bahwa ketidak senangan atau penderitaan emosional dari seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai kemampuan sedikit sekali untuk mengontrol perasaan-perasaan depresi atau yang bertentangan.
f.      Ide Irasional 6 :  Bila ada sesuatu atau peristiwa yang berbahaya atau menakutkan, maka individu harus berusaha keras untuk menghadapi dan mangatasi depresi atau yang bertentangan.
g.      Ide Irasional 7 :  Bahwa lebih mudah buntuk menjauhi kesulitan kesulitan hidup tertentu dan tanggung jawab diri daripada berusaha untuk menghadapi dan menanganinya hanya untuk menghargai bentuk disiplin diri.
h.      Ide Irasional 8 :  Bahwa sisa-sisa pengalaman masa lalu semuanya sangat penting karena hal itu berpengaruh sangat kuat bterhadap kehidupan individu dan menetukan perasaan dan  perilaku individu yang ada sekarang
i.      Ide Irasional 9 :  Bahwa individu akan lebih baik untuk menghindarkan diri daripada mengerjakan sesuatu; dan bahwa sesuaru situasi atau peristiwa akan dipandang sebagai hal membahayakan jika tidak secepatnya ditemukan pemecahan yang baik terhdap kehidupan yang bertentangan.
j.  Ide Irasional 10 : Bahwa indivisu akan mencapai kebahagiaan hidup dengan menyenangkan dirisendiri
k.  Ide Irasional 11 : Bahwa individu akan mencapai suatu derajat yang tinggi dalam hidupnya untuk merasakan sesuatu yang menyenangkan, atau memerlukan kekuatan supernatural untuk mencapainya.
l.  Ide Irasional 12 : Bahwa individu secara umum mempunyai nilai dan sebagai manusia dan penerimaan diri untuk tergantung  dari kebaikan penampilan individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu
Teori kepribadian A-B-C-D-E
Salah satu teori utama mengenal kepribadian yang dikemukakan oleh Albert Ellis dan para penganut Rational Emotive Therapy adalah apa yang disebut “Teori A-B-C-D-E”. Teori ini adalah merupakan sentral dari teori dan praktek RET.





Secara umum Teori A-B-C-D-E dapat dijelaskan pada bagan sebagai berikut (Surya, 2003):

Komponen
Proses
A
Activity, or Action, or Agent.
Hal-hal, situasi, kegiatan atau peristiwa yang mendahului atau yang mengerakkan individu (Antecedent or activating events).
External event
Kejadian diluar atau sekitar individu
iB



rB
Irrational beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional atau tidak layak terhadap kejadian eksternal (A).

Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak dan secara empirik mendukung kejadian eksternal (A).
Self-verbalizations: terjadi dalam diri individu, yakni apa secara terus menerus ia katakan berhubungan dengan A terhadap dirinya.
iC



rC
Irrational Consequences, yaitu konsekuensi-konsekuensi irasional atau tidak layak yang berasal dari (A).

Rational or reasonable Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi rasional atau layak yang dianggap berasal dari (rB=keyakinan yang rasional).
Rational belefs, yakni keyakinan-keyakinan yag rasiional atau layak dan secara empirik mendukung kejadian-kejadian eksternal (A).
D
Dispute irrational beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional dalam dri individu saling bertentangan (disputing).
Validate or invalidate self-verbalization: yakni suatu proses self-verbalization dalam diri individu, apakah valid atau tidak.
CE




BE

Cognitive Effect of Disputing, yakni efek kognitif yang terjadi dari pertentangan (disputing) dalam keyakinan-keyakinan irasional.

Behavioral Effect of Disputing, yakni efek dalam perilaku yang terjadi dari pertentangan dalam keyakinan-keyakinan irasional diatas.
Change self-Verbalization, terjadinya perubahan dalam verbalisasi daripada ndividu.


Change Behavior, yakni terjadinya perubahan perilaku dalam diri individu.

Konsep teoritik A-B-C-D-E mengenai kepribadian yang dikemukakan diatas, merupakan konsep utama baik dalam teori maupun dalam praktek RET serta mempunyai kaitan yang erat dengan asumsi-asumsi filosofis tentang hakekat manusia serta pandangan mengenai kepribadiannya. Kepribadian menurut Ellis pada dasarnya terdiri atas kepercayaan, konstruk, atau sikap. Apabila seorang ndividu mempunyai suatu reaksi emosional pada titik C (konsekuensi emosional), setelah terjad kegiatan atau peristiwa atau pengalaman, hal itu menyebabkan suatu sistem kepercayaan (pada titik B). A tidak menyebabkan C tetapi sistem kepercayaan yang menjadi A menyebabkan C (Surya, 2003).

3.     Tujuan Konseling
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, cemas, was-was, marah, sebagai akibat berpikir yang irrasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai-nilai, dan kemampuan diri (Willis, 2004).
Tujuan utama konseling rasional-emotif berdasarkan konsep teoritik dari RET (Surya, 2003):
1.    Memperbarui dan merubah sikap, persepsi dan cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.
2.    Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri, seperti : rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa marah, sebagai konseling dari cara berpikir keyakinan yang keliru dengan jalan melatih dan mengajar klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan, nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.
Secara lebih khusus  Ellis (dalam Corey, 19867; 215) menyebutkan bahwa dengan terapi rasional-emotif akan tercapai pribadi yang ditandai dengan:
a.    Minat kepada diri sendiri
b.    Minat sosial
c.    Pengarahan diri
d.    Toleransi terhadap pihak lain
e.    Fleksibilitas
f.      Menerima ketidakpastian
g.    Komitmen terhadap sesuatu diluar dirinya
h.    Berpikir ilmiah
i.      Penerimaan diri
j.      Berani mengambil resiko
k.    "Non utopianism" yaitu menerima kenyataan.
Sebagai suatu bentuk hubungan yang bersifat membantu (helping relationship), terapi rational-emotif mempunyai karakteristik sebagai berikut (Surya, 2003):
1.       Aktif-direktif artinya bahwa dalam hubungan konseling atau terapeutik, terapis/konselor lebih aktif membantu mengarahkan klien dan memecahkan masalahnya.
2.       Kognitif-eksperiensial artinya bahwa hubungan yang dibentuk harus berfokus pada aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
3.       Emotif-eksperiensial artinya bahwa hubungan yang dibentuk juga harus melihat aspek emotif klien dengan mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
4.       Behavioristik, artinya bahwa hubungan yang dibentuk harus menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan perilaku dalam diri klien.
5.       Kondisional, artinya bahwa hubungan dalam terapi rasional-emotif dilakukan dengan membuat kondisi-kondisi tertentu terhadap klien melalui berbagai teknik kondisioning untuk mencapai tujuan terapi konseling.
Konseling rasional-emotif (Surya, 2003) secara esensial pada dasarnya merupakan proses terapeutik behavioral yang aktif-direktif serta mementingkan aspek kognitif, dengan intensitas hubungan antara konselor dan klien yang agak kurang. Konseling rasional-emotif juga merupakan suatu “proses edukatif” sehingga peranan konselor yang utama ialah mengajar klien cara-cara memahami dan merubah diri. Albert Ellis (1973), memberikan gambaran tentang apa yang dapat dilakukan oleh seorang praktisi rational-emotif antara lain:
1.      Mengajak, mendorong klien menanggalkan ide-ide irasional yang mendasari gangguan-gangguan emosional dan perilaku
2.      Menantang klien dengan berbagai ide yang valid dan rasional
3.      Menunjukkan kepada klien azas logis dalam berpikirnya
4.      Menggunakan analisis logis untuk mengurangi keyakinan-keyakinan irasional klien
5.      Menunjukkan bahwa keyakinan-keyakinan irasional ini adalah “inoperatif” dan bahwa hal ini pasti senantiasa mengarahkan klien pada gangguan-gangguan behavioral dan emosional
6.      Menggunakan absurdity dan humor untuk menantang irasionalitas pemikiran klien
7.      Menjelaskan kepada klien bagaimana ide-ide irasional ini dapat ditempatkan kembali atau disubstitusikan kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik melatarbelakangi kehidupan klien
8.      Mengajarkan klien bagaimana mengaplikasikan pendekatan-pendekatan ilmiah, objektif dalam berpikir dan selanjutnya melatih diri klien untuk mengobservasi dam menghayati diri sendiri bahwa ide-ide irasional dan deduksi-deduksi hanya akan membantu perkembangan perilaku dan perasaan-perasaan yang dapat menghambat perkembangan dirinya.

4.    Proses Terapi (Konseling)
Ada beberapa proses terapi (konseling) dalam RET yaitu (Willis, 2004):
1.      Konselor berusaha menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi sangat berhubungan dengan keyakinan irrasional, dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap rasional dan mampu memisahkan keyakinan irrasional dengan rasional.
2.      Setelah klien menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irrasional, maka konselor menunjukkan pemikiran klien yang irrasional, serta klien berusaha mengubah kepada keyakinan menjadi rasional.
3.      Konselor berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide irrasionalnya,dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses penyalahan dan perusakan diri.
4.      Proses terakhir konseling adalah konselor berusaha menantang klien untuk menge,bangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan yang irrasional dan fiktif.
Beberapa komponen penting dalam perilaku irrasioanal dapat dijelaskan dengan simbol-simbol  berikut :
A  = Acctivating Event atau peristiwa yang menggerakkan individu
iB  = Irrational Belief, keyakinan irrasional terhadap A
iC  = Irrational Consequences, konsekuensi dari pemikiran irrasional terhadap emosi,melalui self – verbalization.
D  = Dispute irrational belief, keyakinan yang saling bertentangan.
CE = Cognituve Effect, efek kognitif yang terjadi karena pertentangan dalam keyakinan irrasional
BE = Behavioral Effect, tejadi perubahan perilaku karena keyakinan irrasional.

5.     Teknik Konseling
Teknik Rational Emotif Terapi (Surya, 2003) menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien.
1.    Teknik emotif (afektif)
a.       Teknik Assertive Training, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan. Latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
b.      Teknik sosio drama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisir sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis.
c.       Teknik ‘Self modeling’ atau ‘diri sebagai model’, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar ‘berjanji’ atau mengadakan ‘komitmen’ dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu. Dalam self modeling ini, klien diminta untuk tetap setia pada janjinya dan secara terus-menerus menghindarkan dirinya dari perilaku negatif.
d.      Teknik Imitasi, yakni teknik yang digunakan dimana klien diminta untuk menirukan secara terus-menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.

2.    Teknik Behavioristik
Konseling Rasional-Emotif banyak meggunakan terapi behavior terutama dalam memodifikasi perilaku-perilaku negatif dari klien dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tak rasional dan tak logis.
a.       Teknik Reinforcement (penguatan), yakni teknik yang digunakan untuk mendorong klien kearah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment (hukuman). Teknik ini dimaksud kan membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan kepadanya
b.      Teknik Social Modeling, (pemodelan sosial), yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dengan cara peniruan, mengobservasi dan menyesuaikan dirinya dengan model sosial yang dibuat itu. Dalam teknik ini, konselor mencoba mengamati bagaiman proses klien mempersepsi, menyesuaikandirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor atau terapis.
c.       Teknik Live Models (model dari kehidupan nyata), yang digunakan untuk menggambar perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah.

3.    Teknik Kognitif
Teknik–teknik konseling atau terapi berdasarkan pendekatan kognitif memegang peranan utama dalam konseling rasional-emotif. Teknik –teknik ini digunakan dengan maksud untuk mengubah sistem keyakinan yang irasional klien serta perilaku-perilakunya yang negatif dengan teknik ini klien didorong dan memodifikasi aspek kognitifnya agar dapat berpikir dengan cara yang rasional dan logis sehingga klien dapat bertindak atau berperilaku sesuai sistem nilai yang diharapkan baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya. Beberapa teknik kognitif yang cukup dikenal adalah:
a.    Home Work Assigment (pemberian tugas rumah). Dalam teknik ini, klien diberikan tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri serta meng internalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan. Klien diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide serta perasaan-perasaan yang irrasional dan ilogis dalam situasi-situasi tertentu, mempraktekkan respons-respons tertentu, berkonfrontasi dengan verbalisasi dari yang mendahului, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan. Selanjutnya pelaksanaan Home Work Assigments yang diberikan konselor dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan konselor dikantor, disekolah, atau ditempat lain. Teknik ini sebenarnya dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan sikap-sikap bertanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien serta mengurangi ketergantungan kepada konselor atau terapis.
b.    Teknik Assertive. Teknik ini digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui; role playing atau bermain peran, rehearsal atau latihan, dan social modeling atau meniru model-model sosial.

John L.Shelton (1977) mengemukakan bahwa maksud utama teknik Assertive Training adalah untuk:
a)    mendorong kemampuan klien mengekspresikan seluruh hal yang berhubungan dengan emosinya,
b)   membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi orang lain,
c)    mendorong kepercayaan pada kemampuan diri sendiri,
d)   meningkatkan kemampuan untuk memilih perilaku-perilaku assertive yang cocok untuk dirinya sendiri.

Dalam mengaplikasikan berbagai teknik konseling rasional-emotif, Albert Ellis menganjurkan untuk menggunakan dan menggabungkan beberapa teknik tertentu sesuai dengan permasalahn yang dihadapi klien. Hanya Ellis menyarankan agar teknik Home Work Assigment perlu digunakan sebagai syarat utama untuk sesuai terapi atau konseling yang tuntas.
Selanjutnya dikatakan Ellis bahwa meskipun pada mulanya terapi rasional-emotif dimaksudkan untuk mendorong individu yang mengalami gangguan, akan tetapi dapat pula digunakan untuk membantu orang dalam mengurangi kecemasan dan permusuhan serta berguna untuk membantu mewujudkan diri individu. Bagi para konselor sekolah, terapi rasional-emotif akan sangat membantu karena pada dasarnya terapi rasional-emotif lebih menggunakan model edukatif dari pada model psikodinamik atau model medik. Dengan demikian para konselor sekolah dapat menggunakannya bagi siswa-siswa normal disekolah.


Daftar Pustaka
Surya, M. (2003). Teori-teori konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy.
Willis, S. S. (2004). Konseling individual teori dan praktek. Bandung: Alfabeta.


II. contoh VIDEO RET
 



III. Analisis video

            Loli merupakan salah satu siswi SMA yang kini sedang duduk di kelas 11. Dia pun terkenal sangat berprestasi, periang dan banyak memiliki teman di sekolahnya. Namun ketika di tinggal meninggal oleh pacarnya, sifat Loli menjadi berubah. Kini Loli sering terihat murung, sedih dan suka menyendiri serta suka menangis tanpa sebab. Hal ini berdampak pada keseharinnya di sekolah dan di rumah, akibanya nilainya menurus, prestasinya makin memburuk dan malas belajar. Tentunya hal ini membuat semua pihak bertanya-tanya. Hingga, pada saat jam istrahat guru BK memangilnya untuk melakukan proses wawancara di ruang BK.
            Awalanya guru BK menjelaskan ada hal apa yang membuat kenapa Loli di panggil ke ruang BK. Namun Loli masih enggan dan malu untuk bercerita sama guru BK nya. Gurunya pun membujuk secara perlahan untuk menceritakan hal apa yang sedang Loli alami serta berjanji akan mendengarkan semua keluh kesahnya. Akhirnya Loli berani menceritakan hal apa yang menjadikannya menjadi berubah seperti saat ini.
            Loli merasa bersalah karena menurutnya, dia lah yang menjadi penyebab pacarnya meninggal. Kronologinya saat itu, Loli menyuruh pacarnya menjemput dirinya namun ketika hampir tiba di lokasi pacarnya tersebut tertabrak di hadapan Loli, dan ketika hendak di bawah oleh ambulan, pacarnya meninggal dalam perjalanan. Hal inilah yang Loli sesali, jika seandainya saat itu dirinya tidak meminta pacarnya menjemput dirinya pasti pacarnya masih hidup.
            Setelah mendengarkan cerita dari Loli, gurunya pun kembali menenangkan Loli dan memberi nasehat kepada Loli, dengan cara merubah mindset Loli yang seakan-akan selalu membeci dirin dan ingin mengakhiri hidupnya. Gurunya memberikan pengarahan jika seandainya Loli mengahiri hidupnya itu bukanlah cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah, namun membuat masalah baru. Gurunya pun meminta Loli untuk menerima realitas yang ada dan harus membuka diri untuk berbagi cerita kepada orang tua Loli sendiri.
            Di akhir wawancara guru Loli meminta Loli untuk sesering mungkin berbicara dengan diri sendiri di hadapan cermin, terus ungkapkan semua apa yang Loli alami agar perasaan Loli semakin ringan dan tidak bersedih serta menyalahkan dirinya lagi.




Rasional emotif Therapy (materi, video dan analisis video)

Nama : Andika Ibnul Faisal Sadif Kelas  : 3PA02 Npm  : 11514069 I. MATERI RET   A. Rational Emotive Therapy (RET) 1.   ...